Ingin memulai usaha dengan kesiapan yang mantap untuk mengantisipasi risiko? Kamu perlu memahami jenis-jenis risiko usaha berikut ini untuk bisa memperkecil kemungkinan kegiatan usahamu agar terhambat atau bahkan mengalami kegagalan.
Jenis-jenis Risiko Usaha
1. Risiko Produksi
Risiko usaha ini berupa kegagalan produksi karena masalah kualitas dan ketersediaan pasokan sumber daya yang diperlukan untuk bahan baku dan dan cara kerja yang tidak efisien sehingga menghambat atau bahkan memberhentikan keseluruhan proses produksi.
Contoh: Hasil produksi keripik tempe yang kurang baik karena kesulitan untuk mendapatkan pasokan kedelai berkualitas karena mahalnya harga kedelai
2. Risiko Pemasaran
Kegagalan untuk mendapatkan dan meningkatkan minat konsumen terhadap produk sehingga gagal mencapai target penjualan dan bahkan menyebabkan kerugian, disebabkan oleh analisis yang kurang matang dalam perencanaan.
Contoh: Menghabiskan banyak biaya untuk mengiklankan produk onderdil motor di Instagram, padahal Instagram paling banyak digunakan untuk mencari kebutuhan penampilan (pakaian, sepatu, tas, jam tangan), mainan, dan makanan.
3. Risiko Sumber Daya Manusia
Terhambatnya perkembangan dan kemajuan bisnis karena kekurang hati-hatian perusahaan dalam merekrut kandidat tenaga kerja, keterbatasan sumber daya perusahaan, dan budaya kerja yang menghambat produktivitas. Kalau tidak diperhatikan, risiko usaha ini dapat berakibat fatal bagi kelangsungan perusahaan.
Contoh: Aktivitas bisnis yang harus dihentikan sementara karena kecelakaan kerja akibat ketidakpatuhan karyawan pada aturan keselamatan kerja.
4. Risiko Finansial
Kegagalan perusahaan untuk mengelola keuangan dan menjaga kelancaran arus kas yang menyebabkan kemungkinan uang hilang atau potensi terjadi kerugian bersifat moneter (dapat diukur dengan uang).
Contoh: Kehilangan modal usaha, terjerat hutang, atau tidak mampu menyelesaikan beban keuangan sesuai target.
5. Risiko Lingkungan
Terhambatnya kegiatan usaha dalam waktu tertentu atau secara permanen karena bencana alam atau kerusakan pada alam lingkungan tempat usaha.
Contoh: Gempa bumi yang bisa menghancurkan rumah tempat produksi dan menyebabkan kehilangan akses listrik yang sangat diperlukan untuk menjalankan mesin alat produksi.
6. Risiko Teknologi
Terhambatnya pengembangan bisnis karena teknologi produksi perusahaan, khususnya teknologi informasi, mengalami masalah atau gangguan serta tidak diperbarui sesuai perkembangan teknologi.
Contoh: Aktivitas produksi yang terpaksa berhenti seharian karena pemadaman bergilir dan pembajakan pada website perusahaan yang berfungsi sebagai platform layanan pelanggan.
7. Risiko Permintaan Pasar
Kegagalan untuk menghasilkan pendapatan dan keuntungan dari penjualan karena permintaan terhadap produk yang menurun. Kondisi “pasar” akan selalu berubah-ubah sehingga permintaan produk juga bersifat fluktuatif yang terkadang tidak bisa diprediksi. Selain itu perkiraan jumlah permintaan yang kurang akurat dapat berakibat fatal.
Contoh: Permintaan terhadap paket perjalanan di agen travel yang mendadak turun drastis karena merebaknya pandemi COVID-19 di Indonesia secara cepat dan konsumen lebih memilih membelanjakan uangnya untuk kebutuhan pokok dan produk kesehatan.
8. Risiko Perbaikan
Terhambatnya pengembangan karena perbaikan-perbaikan yang harus dilakukan terhadap alat dan sistem produksi.
Contoh: Percetakan yang hanya mampu mencetak 30.000 brosur dari target 50.000 brosur karena mesin harus sering diperbaiki akibat gangguan (downtime).
9. Risiko Kerja Sama
Terhambatnya pengembangan bisnis karena rekan kerja sama bisnis tidak melaksanakan kewajibannya sesuai kesepakatan.
Contoh: Supplier atau pemasok bahan baku yang sering terlambat mengirimkan bahan baku dan menyebabkan kurangnya jumlah produk yang bisa diproduksi.
10. Risiko Peraturan Pemerintah
Perubahan peraturan dan hukum (mis: UU, Peraturan Presiden, Peraturan Menteri, dan peraturan pihak berwenang dalam bidang usaha) yang bisa mengubah sistem dan proses kerja dalam industri.
Contoh: Larangan ekspor produk yang terkait dengan minyak kelapa sawit sehingga industri kelapa sawit tidak dapat melakukan ekspor.
11. Risiko Pengembangan Aset
Kemungkinan terhambatnya pengembangan bisnis karena usaha-usaha yang dilakukan dalam peningkatan kemampuan harta milik perusahaan untuk meningkatkan pendapatan dan mempertahankan keberadaan usaha.
Contoh: Penggantian komputer kantor ke merek yang lebih canggih sesuai kebutuhan namun tentunya menghabiskan banyak biaya dan tidak 100% menjamin peningkatan kinerja perusahaan.
Itulah sebelas jenis risiko yang akan dihadapi dan perlu diantisipasi oleh perusahaanmu. Tidak ada usaha yang tidak mempunyai risiko, tetapi dampaknya dapat diminimalisir jika kita memahami apa yang dapat disebabkan oleh risiko-risiko tersebut.
—
Danamart merupakan penyedia layanan urun dana berbasis ESG pertama di Indonesia yang mempertemukan Pemilik Usaha (UMKM/Startup) dan Pemilik Modal (Investor), sekaligus didukung oleh edukasi inklusif dari Danamart Academy.