Setelah dunia melewati krisis besar yang diakibatkan oleh buble nya sektor properti di Amerika Serikat pada tahun 2008, perlahan tapi pasti ekonomi dunia kembali menggeliat ditandai dengan semakin bertumbuh pesatnya China pada periode 2009 sampai 2012. Tetapi apakah ekonomi dunia benar-benar tumbuh? Ataukah hanya Inflasi dunia yang bertumbuh?
Ternyata setelah melewati krisis sub prime mortgage di tahun 2008, hanya Inflasi dunialah yang bertumbuh sebagai akibat dari pelonggaran kebijakan moneter yang dilakukan oleh negara maju atau yang lebih dikenal dengan Quantitative Easing atau QE. QE banyak dilakukan oleh negara maju dimulai dari negara Amerika Serikat, kemudian diikuti oleh Uni Eropa dan Inggris, lalu yang terakhir adalah Jepang dengan Abenomics nya. Sedangkan pertumbuhan dunia yang diwakili dengan Pertumbuhan Domestik Bruto (PDB) setiap tahunnya sejak tahun 2013 mengalami penurunan, tak terkecuali Indonesia yang mengalami penurunan PDB dari level 6% ke 4.6% pada pertengahan 2015.
*source trading economics*
Bagi masyarakat Indonesia sendiri yang pernah melalui krisis Asia di tahun 1998 lalu kemudian diikuti dengan krisis dunia pada tahun 2008, ada sebuah kepercayaan bahwa krisis ekonomi tersebut adalah sebuah pola yang berulang setiap 10 tahunan dimana di estimasikan krisis ekonomi akan terjadi kembali pada tahun 2018. Hal inilah yang mengakibatkan pertumbuhan pinjaman tidak naik secara signifikan pada tahun 2017 dan adanya kenaikan Dana Pihak Ketiga (DPK) di perbankan.
Krisis ekonomi itu sendiri banyak dimulai atau dipicu dengan terjadinya krisis energi atau sering kali dinilai dengan turunnya harga minyak mentah dunia, karena kenaikan harga minyak mentah dunia itu pada umumnya dikorelasikan dengan pertumbuhan negara di dunia. Harga minyak mentah dunia sendiri setelah tahun 2008, telah kembali mengalami penurunan terparahnya sampai menyentuh pada level USD 25/barel pada bulan February tahun 2016 dimana pada saat yang bersamaan Amerika Serikat juga menghentikan kebijakan Quantitative Easingnya. Saat ini harga minyak mentah dunia sedang berada pada tren kenaikannya dimana sudah menyentuh harga USD 70/barel.
Seiring dengan kenaikan harga minyak dunia saat ini, maka pertumbuhan ekonomi atau PDB Indonesia sedang berada dalam tren kenaikan yang positif sejak tahun 2008, dimana pada tahun 2017 PDB tahunan Indonesia berada pada level 5.12%. Hal ini juga diikuti dengan pengelolaan inflasi yang baik pada level rata-rata 3.6% dan nilai tukar yang stabil pada level IDR 13,700,- oleh Pemerintah dan Bank Indonesia sehingga proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia memiliki outlook yang stabil. Terlebih pada tahun 2017, Standar & Poors sebagai lembaga rating kredit terbesar di dunia akhirnya memberikan rating sebagai negara Investasi dengan outlook stabil untuk Indonesia.
*sebutkan sumber*
Dikarenakan keadaan ekonomi makro Indonesia yang stabil dan juga International Monetary Fund turut memproyeksikan pertumbuhan negara di dunia yang baik dari tahun 2017 sampai dengan tahun 2022, maka kekawatiran akan terjadinya krisis ekonomi sepuluh tahunan pada tahun 2018 tidak akan terjadi sehingga pada akhir tahun 2018 permintaan akan pinjaman akan meningkat signifikan dan Dana Pihak Ketiga (DPK) di lembaga keuangan akan mengalami penurunan. Oleh karenanya mulailah bagi anda pribadi untuk mulai mendanai masa depanmu melalui investasi.
#mendanaimasadepanmu #danamart
June 2018
@dAryo